Pemanfaatan Teknologi Internet of Things untuk Monitoring Konsentrasi CO dan CO2 dalam Upaya Mendeteksi Kebakaran Hutan

Writer(s) : Auliati Nisa | Adnan | Amil Ahmad Ilham

Teknik Informatika | Teknik Informatika S1

PDF
Login required to download this file
Abstract

Kebakaran hutan merupakan salah satu peristiwa yang sering terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh faktor alam maupun karena campur tangan manusia di dalamnya. Pembakaran hutan sering dijadikan cara praktis oleh peladang tradisional, bahkan perusahaan-perusahaan besar dalam membuka lahan baru yang akan digunakan untuk perkebunan, pertanian, maupun perumahan.Salah satu penyebab kebakaran hutan yang seringkali meluas adalah lambannya pendeteksian titik-titik api. Sehingga kebakaran yang pada awalnya hanya terjadi pada areal yang sempit, menjadi meluas karena terlambat dideteksi. Sebenarnya sudah terdapat beberapa cara dalam melakukan deteksi kebakaran hutan, di antaranya menggunakan citra satelit dalam memonitoring titik-titik api. Namun dalam pengimplementasiannya, cara tersebut masih dianggap kurang efisien dilihat dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan.Hal ini dikarenakan kondisi Indonesia yang belum memiliki satelit sendiri, sehingga harus menyewa satelit asing. Dalam penelitian ini digunakan sensor MQ135, MQ7 dan sensor api untuk memonitoring konsentrasi CO dan CO2 yang terkandung dalam uadara pada hutan. Perubahan kualitas udara pada sebuah hutan dapat digunakan sebagai indikasi awal terjadinya kebakaran hutan. Beberapa node dipasang untuk mendeteksi lalu mengirimkan data ke gateway. Gateway berperan untuk mengumpulkan data lalu mengirimkannya ke iot cloud server. Berdasarkan data yang telah didapatkan, peningkatan konsentrasi CO dan CO2 hingga melebihi batas normal dapat dijadikan suatu acuan telah terjadi kebakaran hutan pada suatu wilayah. Sementra digunakan juga parameter lain, berupa raw data yang dibaca oleh sensor api. Semakin kecil raw data yang dibaca, maka dapat menandakan potensi terjadinya titik api juga semakin besar. Namun data-data yang telah didapatkan ini hanya merupakan indikasi awal yang dapat dijadikan acuan terjadinya kebakaran hutan. Dengan kata lain masih diperlukan pengecekan oleh ahli / petugas untuk menentukan lokasi titik api. Selain itu, masih perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut pada scheduling data yang dikirim dan masuk ke gateway. Sehingga tidak ada data yang hilang saat proses pengiriman hingga dapat ditampilkan pada gateway.